![bagaimanaaa11AA S]()
Pada hari Jumat kemarin lembaga rating terbesar di dunia S&P akhirnya mengumumkan bahwa mereka memutuskan untuk mengupgrade Rating Indonesia ke level Investment Grade. Keputusan ini langsung disambut euphoria dan kenaikan luar biasa pada IHSG sesi kedua hari Jumat lalu. Pada penutupan hari Jumat lalu IHSG langsung mencapai level tertingginya sepanjang sejarah.
Berita tersebut membuat sepanjang akhir pekan ini para analis dan praktisi di pasar modal kita terlihat berlomba-lomba untuk memberikan analisanya mengenai prospek IHSG kedepan pasca keputusan Investment Grade ini, disertai dengan target-target kenaikan IHSG yang luar biasa di masa yang akan datang. Dari pantauan kami ada puluhan praktisi pasar modal dari senior analis di sekuritas, broker, analis independent, trainer saham, sampai penulis buku secara tiba-tiba langsung sepakat akan cerahnya prospek IHSG kedepan. Padahal hanya 2 hari sebelumnya sebagian dari praktisi tersebut memprediksi IHSG dalam bahaya koreksi yang jauh lebih besar, setelah indeks terus mengalami koreksi yang membuat IHSG menembus supportnya dan turun ke level 5.600an.
Secara logika perubahan 180 derajat para analis dalam negeri tersebut memang masuk akal, karena adanya faktor pemberian rating S&P, para analis percaya akan besarnya efek dari pemberian rating tersebut pada sector keuangan di Indonesia dalam jangka penjang. Seperti pembahasan kami beberapa waktu yang lalu Goldman Sach memprediksi pemberian rating BBB- dapat menyebabkan arus modal masuk ke Indonesia sebesar 5 Miliar Dollar Amerika, yang datang dari Jepang (dari dana pensiun Jepang yang disebut – sebut sebagai dana pensiun terbesar di dunia). Jadi meskipun dana tersebut akan masuk secara bertahap dan hanya sebagian kecil yang masuk ke pasar modal kita, namun tidak bisa dipungkiri bahwa prospek IHSG kedepan akan jauh lebih baik.
Namun yang ingin kami garis bawahi dalam artikel ini bukanlah prospek IHSG kedepan, namun timing dikeluarkannya berita ini, dan apa yang sudah dilakukan investor asing dalam 2 bulan terakhir, sebelum keluarnya keputusan dari S&P akhirnya diberitahukan ke publik pada hari Jumat lalu.
Karena kita tahu analisa Fundamental akan sangat kecil efeknya dalam jangka pendek jika kita hanya menganalisa berita yang sudah ‘basi’ dan sudah direspon oleh market dari jauh-jauh hari sebelumnya. Sama seperti kita menganalisa berita yang keluar tahun lalu untuk keputusan membeli saham yang bersangkutan hari ini, tentu meskipun secara logika semua analisa kita benar namun karena beritanya sudah ‘basi’, hasil analisa kita tidak akan ada banyak efeknya lagi untuk pergerakan saham tersebut saat ini.
Hal yang sama kami lihat sedang terjadi di IHSG saat ini, di kala para investor dan analis dalam negeri dalam masa euforia, karena merasa ada ‘berita baru’ mengenai Investment Grade hari Jumat lalu, namun sebenarnya kenyataan di market berkata lain, berita tersebut kemungkinan besar sudah diketahui para investor asing sejak 2 bulan yang lalu, hal itulah yang menyebabkan dana asing terus masuk ke bursa kita dalam 2 bulan terakhir.
![das]()
Untuk membuktikannya kami akan mencantumkan beberapa statment dari analisa yang diliris Team Creative Trader mengenai IHSG dalam 2 bulan terakhir yang membuat anda akan menyadari bahwa berita pemberian rating ini sebenarnya bukanlah berita baru dan sudah bisa diprediksi oleh kami menggunakan analisa foreign flow sejak 2 bulan yang lalu.
ARTIKEL 20 MARET 2017 : KETIKA LOKAL MASIH BINGUNG, ASING PANIC BUYING !!
(setelah asing tiba-tiba masuk dalam jumlah sangat besar dalam 2 hari berturut-turut) Jadi hampir pasti ada sesuatu yang belum diketahui oleh investor lokal, namun sudah diketahui oleh investor asing saat ini. Sesuatu yang bernilai 4.2 Triliyun. Sejak awal minggu lalu kami sudah memprediksi bahwa inflow asing ini ada hubungannya dengan kunjungan Lembaga S&P ke Indonesia untuk me-review mengenai Rating Indonesia. Seperti kita ketahui saat ini S&P adalah satu-satunya lembaga rating yang belum memberikan Investment Grade untuk Indonesia.
Pemberian Investor Grade ini dapat membuka banyak pintu untuk pasar modal Indonesia, karena akan ada banyak dana kelolaan dari luar negeri yang baru bisa masuk jika ketiga lembaga rating ini sudah memberikan rating yang sama. Dan jika S&P benar-benar akan memberikan rating BBB- untuk Indonesia, kira-kira siapakah yang akan mereka beri tahu lebih dulu ?!
ARTIKEL 4 APRIL 2017: KENAPA IHSG SIAP KE 6000 ?!
(Selama ini) aksi beli asing selalu dimulai ketika IHSG berada di level 4.500 ke bawah, dan akumulasi tersebut berhasil membawa IHSG menembus level 5.000an. Dan jika tahun ini akumulasi asing di IHSG dimulai di level 5.250, dan jika dana yang dialokasikan untuk mengakumulasi sama besarnya tentunya target IHSG akan jauh lebih tinggi lagi. Itulah sebabnya kami optimis kalau IHSG bisa mencapai level 6.000 di tahun 2017 ini.
ARTIKEL 27 APRIL 2017: INIKAH DETIK-DETIK TERAKHIR SEBELUM IHSG KE 6000 ?!
![DETIK-DETIK]()
melihat besarnya akumulasi asing yang terjadi saat ini di harga yang begitu tinggi, maka besar kemungkinan Investment Grade akan benar-benar diberikan untuk Indonesia. Jangan lupa investment-invesment banking raksasa seperti BK, CS, ML, DB, dll adalah nasabah-nasabah terbesar dari S&P sendiri, jadi tidak heran jika ada informasi spesial yang diberikan kepada mereka…
Jadi kami melihat saat ini bukanlah momentum yang tepat untuk IHSG terkoreksi karena aksi jual asing, kalaupun mereka (investor asing) mau jualan kemungkinan akan dilakukan nanti setelah pengumuman rating S&P. Pada saat itulah investor lokal akan masuk dalam fase euforia, target-target luar biasa akan diberikan untuk IHSG, dan semua pembahasan analis akan terfokus pada rating tersebut, investor lokal pun akan berbondong-bondong mengumpulkan saham, dan kalau asing mau jualan saham-saham yang di akumulasinya saat ini. Itulah momentum yang tepat....
ARTIKEL 3 MEI 2017: SELL IN MAY OR BUY IN MAY ?!
(Menanggapi Fenomena Sell in May and Go Away) kita bisa mengandalkan sepenuhnya analisa Foreign Flow untuk memprediksi pergerakan IHSG… Seperti dibahas sebelumnya bulan April lalu dana asing masuk ke bursa kita sebanyak 8 Triliyun, 4 Triliyun di antaranya masuk di minggu terakhir. Jadi secara logika, kemungkinan asing akan langsung membombardir market dengan aksi jual besar-besaran di awal Mei ini hampir tidak ada, karena itu akan membuat mereka harus menjual dalam kondisi rugi. Karena sepanjang 1 bulan terakhir asing berupaya sedemikian rupa untuk menjaga supaya IHSG tidak banyak naik selama fase akumulasi mereka, jadi kalau mereka mau menjual saham-sahamnya sekarang tentunya penjualan harus dilakukan di level harga yang relatif sama bahkan lebih rendah dari modal akumulasi asing.
ARTIKEL 10 MEI 2017: EFEK VONIS AHOK, UNTUK IHSG
(membahas reaksi pasca vonis Ahok) ketegangan di dalam negeri membuat IHSG turun, namun tidak menurunkan niat beli Investor Asing untuk tetap memborong saham-saham di Indonesia. Kemungkinan karena Investor Asing masih sangat yakin Investment Grade akan diberikan oleh S&P dan rating tersebut memiliki efek yang jauh lebih besar dalam jangka pendek dibandingkan dengan semua yang terjadi di dalam negeri saat ini
Setelah membaca semua ulasan-ulasan mengenai IHSG, pergerakan dana asing, dan Rating S&P dalam 2 bulan terakhir terlihat sangat jelas bahwa berita yang keluar hari Jumat lalu sebenarnya merupakan berita ‘basi’ untuk Investor Asing, dan sengaja ditunda-tunda pengumumannya supaya asing bisa menfaatkan secara maksimal informasi tersebut sebelum akhirnya diberikan ke publis..
Investor asing sudah mengetahui bahwa S&P akan mengupgrade rating Indonesia bahkan sebelum dimulainya kunjungan lembaga rating tersebut ke Indonesia. Itulah alasan mengapa dalam 2 bulan terakhir dana asing di Indonesia terus masuk ke bursa kita. Ketika para investor dan analis dalam negeri ‘ditakut-takuti’ oleh sentimen Pilkada Jakarta, Sidang Ahok, dan ketegangan-ketegangan lainnya yang terjadi di Indonesia dalam 2 bulan terakhir, investor asing sibuk memanfaatkan ketakutan tersebut untuk mengumpulkan saham sebanyak mungkin dari investor lokal tersebut.
Sekarang ketika berita rating S&P sudah keluar para analis dan investor dalam negeri tiba-tiba merubah 180 derajat pandangannya terhadap IHSG, semua ketegangan di dalam negeri dilupakan, semuanya fokus pada investment grade dan memilih untuk memborong saham yang baru saja dijual di level IHSG tertinggi sepanjang sejarah. Dan tebak siapa yang sedang jualan pada perdagangan hari Jumat lalu ? Asing !!
Hal ini sama persis seperti yang kami prediksi para tanggal 27 April lalu :
kalaupun mereka (investor asing) mau jualan kemungkinan akan dilakukan nanti setelah pengumuman rating S&P. Pada saat itulah investor lokal akan masuk dalam fase euforia, target-target luar biasa akan diberikan untuk IHSG, dan semua pembahasan analis akan terfokus pada rating tersebut, investor lokal pun akan berbondong-bondong mengumpulkan saham, dan kalau asing mau jualan saham-saham yang di akumulasinya saat ini. Itulah momentum yang tepat….
Dari kasus ini kita kembali bisa menyimpulkan beberapa hal antara lain :
BURSA KITA DIKUASAI DAN DIKENDALIKAN OLEH INVESTOR ASING
Selama ini kita hanya diberitahu bahwa lebih dari 50% dari market cap IHSG dimiliki oleh investor asing, namun tidak banyak yang menyadari bahwa bursa kita juga dikendalikan oleh investor asing, naik-turunnya IHSG dikendalikan oleh asing, dan diatur untuk memuluskan strategi yang sedang mereka lakukan. Sejarah membuktikan bahwa IHSG hanya bisa naik signifikan dalam periode yang cukup panjang jika kenaikan tersebut dimotori oleh masuknya dana asing, dan hanya akan bisa turun signifikan ketika dana asing keluar dari IHSG. Seluruh faktor lainnya bisa kita lupakan dalam menganalisa IHSG.
Kenaikan suku bunga The Fed, kondisi Makro Ekonomi, Kondisi Politik, Pemilu di sana sini, dan semua faktor lainnya tidak akan ada dampaknya untuk IHSG sebelum investor asing merespon hal-hal tersebut dengan aksi jual atau aksi beli. Terlepas dari apa pun yang dikatakan para analis dalam negeri, mengenai efek hal-hal tersebut, arah pergerakan IHSG terhadap efek tersebut akan selalu searah dengan pergerakan dana asing, jika asing masuk IHSG akan naik, dan jika keluar akan turun.
Kenyataan ini kurang lebih sama seperti bagaimana kita memprediksi pergerakan sebuah mobil, seorang analis yang berada di luar mobil bisa saja membuat beribu-ribu analisa mengenai kemana arah dan tujuan mobil tersebut, dengan menganalisa cuaca, kondisi jalan, kemacetan, trend, jumlah bahan bakar, dll. Namun keputusan arah dan tujuan mobil tersebut selalu dan hanya bisa diputuskan oleh pengemudi mobil tersebut, jadi jika kita mau mengikuti mobil tersebut, cara paling baik adalah dengan menanyakan pada supirnya atau terus melihat kemana mobil tersebut bergerak, dan bukan dengan menganalisa, atau mengikuti prediksi analis yang tidak punya kendali apa-apa terhadap mobil tersebut. Jika IHSG adalah mobil, Asing adalah Supirnya. As Simple As That.
HARGA TIDAK DITENTUKAN OLEH BERITA, TAPI TRANSAKSI
Banyaknya berita dan analisa yang tersebar di dunia pasar modal membuat banyak investor ‘mengira’ harga saham ditentukan oleh keluar masuknya berita. Jadi ketika saham naik banyak dari kita sibuk mencari berita yang menjadi penyabab kenaikan harga saham tersebut.
Padahal kita tahu kenyataannya berita tidak membentuk harga, yang membentuk harga adalah transaksi antar investor, jika ada berita sangat positif membuat semua investor ingin membeli saham, namun tidak ada yang mau jualan, maka harga tidak bisa naik, begitu juga sebaliknya. Jadi untuk harga bisa naik atau turun, harus ada pihak yang yakin akan naik sehingga membeli saham yang bersangkutan, dan ada pihak lainnya yang yakin harga kan turun sehingga menjual.
Artinya dalam kondisi sebaik atau seburuk apapun harus ada 2 pihak yang berbeda pendapat supaya transaksi bisa terbentuk. Jadi jika kita hubungkan dengan pergerakan investor asing, ketika investor asing mengetahui bahwa S&P mengupgrade rating Indonesia 2 bulan yang lalu, dan mereka memutuskan untuk mengakumulasi saham di Indonesia, mereka harus bisa membuat para investor lokal mau menjual sahamnya ke mereka.
Itulah sebabnya para analis dan investor lokal ‘diajarkan’ untuk fokus menganalisa faktor-faktor internal dan external dari suku bunga The Fed, kondisi politik dalam negeri, pilkada Jakarta, pemilu Prancis, sidang Ahok, seakan-akan itulah yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG kedepan.
Seperti kita lihat dalam grafik IHSG di atas menjelang Pilkada Jakarta, Pasca Vonis Ahok, juga sebelum kenaikan suku bunga The Fed, IHSG memang sengaja dibuat mengalami koreksi-koreksi jangka pendek sehingga investor dalam negeri merasa berita-berita itulah yang menyebabkan naik turunnya IHSG, padahal naik turunnya IHSG adalah strategi yang digunakan investor asing untuk mengakumulasi saham sebanyak-banyaknya di harga semurah-murahnya, hanya waktunya saja yang di-pas-paskan dengan sentimen tersebut para analis dan investor percaya kalau naik-turunnya sebabkan oleh sentimen-sentimen negatif tersebut.
Hal ini juga menjelaskan kenapa ketika IHSG naik 3% dalam perdagangan hari Jumat kemarin, investor asing justru tercatat Net Sell, karena untuk IHSG bisa naik, harus ada pihak yang mau menjual, dan ketika para investor lokal masuk dalam fase euphoria, karena mereka baru mendengar mengenai berita ratin S&P. Tebak siapa yang punya banyak barang, dan sudah bersiap untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya untuk
KESIMPULAN
Senang tidak senang itulah kenyataan yang ada di market kita, bursa kita dikuasai dan dikendalikan oleh asing. Namun itu bukan berarti kita sebagai investor lokal hanya bisa diam. Itulah sebabnya sejak 6 tahun yang lalu kami terus melakukan riset riset mengenai pergerakan dana asing, karena kami tahu jika kita ingin menebak arah pergerakan sebuah mobil, cara terbaik untuk menebaknya adalah dengan berteman dengan sopir mobil tersebut.
Namun berita positifnya adalah, sejak awal pergerakan Investor Asing yang luar biasa di bulan Maret lalu menjelang kunjungan S&P ke Indonesia, Investor Asing sudah masuk sebesar 25.7 Triliyun ke bursa kita, dan baru keluar 207 Milyar pada hari Jumat lalu, ketika berita itu dikeluarkan untuk publik. Artinya masih tersisa sebesar 25.5 Triliyun lagi, yang belum dijual.
![naik lagii]()
Dalam kondisi seperti sekarang, kalaupun asing mau merealisasikan keuntungannya, tentunya mereka akan melakukan penjualan secara perlahan, gunanya supaya penjualan mereka tidak segera memadamkan euphoria yang sedang dialami para investor lokal, supaya para investor dan analis dalam negeri percaya kalau analisa mereka benar, dan melupakan bahwa investor lokal sudah kehilangan saham senilai 25.5 Triliyun dalam 2 bulan terakhir, dan dengan senang hati membelinya kembali di harga yang jauh lebih mahal, karena keluarnya berita Investment Grade.
Sebagai catatan sejak awal akumulasi asing di awal tahun ini, total dana asing yang sudah masuk ke bursa kita ada di level 28.6 Triliyun, dan pembelian asing di IHSG ada di kisaran IHSG 5.590, jadi untuk memperoleh keuntungan saham-saham yang dibeli harus dijual di kisaran IHSG di atas level 5.590 , tentunya semakin tinggi semakin baik.
Hal inilah yang bisa dimanfaatkan untuk investor lokal yang baru berencana belanja mulai minggu ini, pasca keluarnya berita Investment Grade, sementara bagi anda-anda pembaca setia website kami yang sudah belanja sejak bulan Maret lalu, ketika kami memberikan target IHSG di 6.000 karena dimulainya inflow luar biasa asing, inilah waktunya kita menikmati profit kita, dan merasakan nikmatnya mengikuti pergerakan investor asing, yang merupakan penguasa dan pengendali IHSG.